Cerpen
Garib Ganjar Santika
Di
kota ini hidup harus sebagai pemberani. Dengan berani berarti harus menanggung
resikonya, baik atau buruk. Setiap hari, siapa pun selalu berhubungan dengan
urusan antara hidup dan mati. Dan kalo tak berani, matilah aku…
Seorang ibu rumah tangga tengah berbelanja di sebuah
swalayan. Dia sedang asik mencari bahan-bahan pokok untuk keperluan hidup sehari-hari. Dengan gesitnya
dia memasukkan barang belanjaannya ke dalam keranjang.
Dari kejauhan, ada seseorang tengah mengamati
gerak-gerik si ibu tadi. Matanya tertuju pada sepeda motor yang diparkir di
halaman swalayan. “Inilah, makananku,” gumam Hero.
Sejurus kemudian, Hero dengan tenangnya mencuri
vario milik Wati, yang tengah sibuk berbelanja. Siang itu menjadi saksi
bagaimana kehebatan Hero dengan secepat kilat mencuri vario. Tak ada yang tahu
aksi jahatnya. Bahkan, tak ada orang yang curiga. Siang yang panas itu semua
orang sangat sibuk dengan dirinya sendiri.
“Mantap,” seru Hero sambil membawa pergi vario.
Usai berbelanja Wati alangkah kagetnya saat vario
kesayangannya raib digondol maling. “Tolllongng…!!!!” Seru dia dengan kerasnya.
Perempuan 40-an itu hampir pingsan karena sangat
terpukul. “Oh,,saya tak percaya…siapa yang mencuri varioku?” Tanyanya kepada
orang-orang di sekitar swalayan.
“Apakah ada yang lihat siapa yang telah
mencuri motorku?” Wati membelalakkan matanya.
Orang-orang malah acuh tak perduli. “Makanya kalo
parkir jangan sembarang, Bu…” seru seorang pejalan kaki.
“Lagian, Ibu ga ngasi tahu ke tukang parkir biar
dijagain. Di sini setiap hari selalu ada pencurian, Bu..” kata yang lainnya.
Wati hanya bisa diam seribu bahasa. Dia limbung
jatuh pingsan.
*
Hero senang bukan main, hari ini eksekusi sepeda
motor sudah dilakukannya. Pelanggan yang telah memesannya tampak bangga dengan
permintaan barang yang sesuai dengan keinginannya. “Makasih ya, kau
hebat…dengan sekejap kau datangkan keinginanku. Nih, kau ambil Rp4
juta…buatmu,” kata Yani salah satu pelanggannya yang sudah memesan 2 hari yang
lalu.
“Oke..makasih juga, saya mau cabut lagi, pemesan yang
lain sudah menunggu,” tegas Hero buru-buru.
Dia bergegas. Kota yang garang telah menciptakan
rasa berani menyalak-nyalak bagaikan auman anjing gila. Kota yang panas dan
gerah telah menciptakan hati yang amarah dan tak pernah takut. Hero makin
menjadi-jadi.
Baginya mencuri adalah pekerjaan sehari-hari yang sudah
dijalaninya sejak masa remaja. Kini setelah memiliki anak-istri, dia hidupi
keluarga dari hasil mencuri. Mencuri apa saja. Sesuai pemesan.
Hero memang pencuri setia. Dia akui bukan karena
terpaksa melakukan pencurian, tetapi juga karena kebutuhan yang tak bisa dia
tawar lagi. Untuk mempertahankan hidupnya.
“Di kota ini hidup harus sebagai pemberani. Dengan
berani berarti harus menanggung resikonya, baik atau buruk. Setiap hari, siapa
pun selalu berhubungan dengan urusan antara hidup dan mati. Dan kalo tak
berani, matilah aku…,” gumam dia.
**
“Oke Pa siap, avansa warna hitam ya. Besok aku kirim
ke alamat bapak….” Hero kembali dapat pesanan. Kali ini dia harus menyuplai
barang curian lagi. Avansa warna hitam. Dia berpikir sejenak. Siapa lagi
korbanku, katanya.
Malam yang pekat. Lelaki itu bertopeng dengan
memakai sarung tangan. Langkahnya sangat hati-hati memasuki sebuah kawasan
permukiman. Dia mengamati ke sekeliling. Setelah dirasa aman, si pencuri itu
menaiki pagar dan hap…dia masuki rumah. Di sana sebuah avansa yang dia maksud
sudah siap dieksekusi.
Setiap mencuri, dia selalu menghadapi tantangan demi
tantangan.
Dengan pengalamannya yang lihai itu Hero beraksi. Dengan peralatan
yang cukup dia putuskan kunci pagar dan pintu mobil pun bisa dibuka. Sejurus
kemudian, dia hidupkan mesin dan secepat kilat dia bawa kabur avansa pesanan
tersebut.
Malam yang hitam jadi saksi lagi bagaimana kehebatan
Hero mengeksekusi setiap pesanan. Rumah Maryono gempar. Ramai oleh teriakan
maling…Seisi rumah pun berhamburan ke garasi. “Siapa yang maling…? Siapa
pencurinya..???”
Maryono sungguh tak percaya melihat mobil
kesayangannya raib. “Bapak sih, malah memecat Satpam yang biasa jagai mobil…
Bapak sih…lupa naro pengaman di mobil…” istrinya malah memarahi dia.
Ke mana pencuri itu? Ke mana mobilku, seru Maryono
lagi.
Esoknya, halaman surat kabar dipenuhi oleh pencuri
misterius yang akhir-akhir ini selalu nekad beraksi. Kendati siang buta atau
malam buta. Bahkan, saat di sebuah keramaian pun pencurian selalu ada di depan
mata. Polisi sibuk mencari jejak pelaku.
Hero merasa punya ancaman sekarang. Menurut berita
di Koran, siapa yang bisa menangkap pelaku akan dikasih hadiah besar dan akan
diangkat menjadi pahlawan kota. Media massa ramai mengiklankannya. Sementara
para korban pencurian baik TV, motor, mobil, dll, ramai mendatangi kantor
polisi. Hidup mereka tak tenang dan tak merasa nyaman karena banyak pencurian. Mereka
mengancam jika pelaku itu ditangkap harus dibakar hidup-hidup.
Hero bergidik. Semua mata seolah tertuju padanya.
Bagaimana nanti nasib anak-istriku, bagaimana pula bila anak dan istriku tahu
bahwa sesungguhnya aku adalah seorang pencuri? Bagaimanakah bila aku ditangkap
dan dibakar hidup-hidup? Bagaimana pula, aku mengakhiri kisah hidupku ini?
Dia bertanya sendiri. Matanya terus melotot
menyaksikan berita TV yang tiada henti menyiarkan aksi pencurian yang marak
itu.
“Kenapa aku malah jadi penakut sekarang ini?
Bukankah jika aku takut aku tak akan hidup lagi. Tidak, aku bukanlah penakut,”
dia mengigau dan panik.
Hero merasa pusing dan merasa asing terhadap
dirinya.
***
Hati-hatilah
bila Anda pulang kerja malam, terutama bagi wanita. Nasib nahas harus dialami
Sinta. Mahasiswi cantik yang tengah menyusun skripsi itu ditemukan tewas
tergeletak sendirian di gang sempit menuju kamar kosnya. Darah membajiri
sekujur tubuhnya. Dugaan sementara wanita berkulit putih itu menjadi korban
pemerkosaan. Polisi memberikan garis polisi di sekitar TKP. Wartawan dari
berbagai media berdatangan. Kota B jadi mencekam.
Hero dengan santainya menyimak berita di TV dan
Koran yang tiada henti menyiarkan aksi pencurian hingga pemerkosaan dan
pembunuhan yang mewarnai isu terkini. Walikota B mengadakan rapat dengan
seluruh kepala bagian dan jajarannya. Polisi bersiaga dan melakukan investigasi
secara maraton. Bahkan, para dukun pun, dan orang pintar pun ditanya. Siapakah
sesungguhnya pelaku yang sudah makan banyak korban itu? Atau adakah dalang di
balik semua kejadian itu?
Hati Sinta sudah dicuri. Hasil penyelidikan akhir,
ditemukan ada seseorang sengaja membunuh Sinta dengan kejam. Tidak ada
perkosaan. Hanya saja, seseorang telah mencuri hatinya dengan cara membelah
dadanya. Tidak ada yang hilang baik perhiasan ataupun barang lain utuh. Hanya
hati. Ya tepatnya hanya jantung hati…
Orang-orang ramai menggunjingkan nasib Sinta yang
tewas dengan percuma oleh seseorang yang membutuhkan sepasang jantung hati.
Untuk apa sebenarnya si pencuri hati itu dengan teganya membunuh si cantik itu?
Mengapa harus itu yang diambil, bukankah dia memiliki perhiasan dan dompet
dengan banyak uang? Dan mengapa pula si pencuri tersebut dengan kejinya
membunuh Sinta?
Sinta adalah mahasiswi tingkat akhir yang tengah
menulis skripsi bertema kerawanan sosial akibat kesenjangan sosial, lengkap
dengan analisisnya. Apakah si pencuri itu adalah pelaku yang ramai diberitakan?
Orang-orang jadi pusing memikirkan nasib Sinta dan malah mengutuk kenapa pula
malam-malam selalu pulang sendirian? Tahukah Anda Kota B itu adalah neraka!
Dasar wanita tak tahu diri malah masuk gang sempit dan pake pakaian seksi, ya
jadi menantang gitu loh, jadi merangsang begicu… Ah, ngapain mikirin korban
Sinta, toh aku belum dapat makan pagi ini…peduli amat, seru yang lain
menimpali.
“Sinta, oh, kau anakku, harus mati dengan percuma,”
isak Ningsih, ibunya Sinta.
“Oh Sinta, kau adalah bunga terakhir yang pernah
kumiliki, mengapa kau cepat pergi,” seru Akbar sang pacar Sinta.
***
Reynaldi duduk gelisah. Dia berjalan ke sana kemari
di kamarnya. Sesekali dia lihat ke jendela. Apakah pesananku akan datang tepat
waktu? Apakah akan sesuai dengan pesananku? Pagi yang indah udara yang sejuk.
Matahari tampak bercahaya dengan gemilang.
Pemuda 17 tahun itu makin gelisah. Hingga dia tak
sadar ada seseorang yang mengetuk pintu.
Tok tok tok…Pagi…Asalamualaikum…
Tak ada jawaban. Seseorang telah meletakkannya
begitu saja di depan pintu. Sebuah kado dibungkus rapi dan memakai rangkaian
bunga indah. Ada secarik kertas di dalamnya bertuliskan: pesananmu sudah siap saji…sepasang hati jantung… salam..ttd..Hero.
Garib
24-10-14
Tidak ada komentar:
Posting Komentar