Rabu, 21 Januari 2015

Mengarang itu Butuh Proses Panjang



"Sabar dan Perlu Waktu"

Kendati Arswendo Atmowiloto menyebut "Mengarang itu Gampang", kenyataannya butuh kreativitas yang terus diasah dan dikembangkan secara kontinyu. Begitu pula, Mohammad Diponegoro mengajak "Yuk Nulis Cerpen Yuk", dalam prakteknya tak semudah membalikkan tangan.

Menurut Naning Pranoto, yang selalu melahirkan bibit-bibit pengarang, menulis adalah sebuah proses panjang, para pengarang pemula perlu waktu untuk bisa menghasilkan karya yang layak dipublikasi. Dalam sebuah lomba menulis, dia berpendapat, penilaian sebuah karya fiksi apalagi jika dikategorikan genre literer tentu materi cerita bukan satu-satunya fokus bobot sebuah karya. "Apalagi jika materi cerita berakar pada nilai-nilai kearifan kultural atau yang lazim disebut ‘warna lokal’ bukanlah hal yang mudah untuk diimplementasikan dalam sebuah cerita yang tidak hanya sekadar hiburan," sebutnya.

Naning menerangkan, elemen-elemen sebuah cerita pendek seperti setting, penokohan berwatak, olah konflik, sudut pandang gaya bercerita yang kreatif dibingkai imajinasi dan dirangkai dengan bahasa literer merupakan rangkaian untuk mengkritisi sebuah karya. Elemen-elemen tersebut pada umumnya belum tergarap dengan apik dalam karya para pengarang pemula.

"Menulis adalah proses belajar sepanjang hidup. Tidak hanya belajar menulis saja, tapi juga harus banyak membaca karya-karya bermutu, mendalami bahasa dalam berbagai aspeknya, belajar tentang manusia secara jiwa dan raga (reading people), memahami kultural (bahkan sosio-politik) bersama nafas dan kehidupan masyarakatnya. Lebih baik lagi ditambah dengan wawasan pasar dan tahu siapa pembaca yang akan ditujunya," papar wanita yang subur dalam melahirkan karya ini.

Tentu, para pengarang yang sudah "jadi" tidak melupakan proses kreatifnya dahulu. Cerpenis yang langganan juara, Seno Gumira Ajidarma, membutuhkan banyak pengembaraan untuk melancarkan proses kreasinya. Pencetus Rumah Dunia, Gol A Gong, membutuhkan waktu yang panjang untuk menghabiskan tekadnya berkeliling dunia. Sebelum karyanya digemari pembaca, dia melewati rintangan berkali-kali.

Hal yang sama dialami Eka Kurniawan. Setelah diuji bertahun-tahun menggarap naskah, dia memilih jalan menulis yang kini digaulinya setiap hari. Begitu pula, pendapat Bambang Trim, sering dikatakan setelah 20 tahun menggeluti dunia perbukuan, dia makin tertantang untuk menyebarkan virus entrepreneur melalui cipta buku.

Waktu sudah menguji pengarang-pengarang tangguh. Dapur mereka tetap menyala sebab kreativitas terus digencarkan. Waktu pulalah yang menguji mereka supaya tak kering berkarya. Semua mengakui, kerja dan proses panjang adalah kenyataan yang harus dilalui. Untuk diakui dunia dan menggenggang dunia, diperlukan sebuah proses panjang, betul kan? (catatan garib)






Tidak ada komentar:

Posting Komentar