Sabtu, 17 Januari 2015

Mengarang sebagai Panggilan Jiwa


"Mengakrabi Alam, Menggairahkan Hidup"


Ketika mengarang sudah menjadi pilihan hidup, aktivitas keseharian selalu tidak pernah lepas dengan unsur pendukung yang melingkupi diriku. Belajarlah pada alam dan banyaklah bepergian, begitulah, pesan para pengarang yang mahir menuangkan idenya.

Penyair Eka Budianta banyak menemukan ide segarnya setelah mengakrabi alam. Boleh jadi alam merupakan "laboratorium raksasa" yang bisa dimanfaatkan untuk bermain sambil belajar. Saat aku berkunjung ke "Rumah Meranjat" milik Eka Budianta di Depok, aku menemukan bagaimana alam bisa mempengaruhi suasana batin.

Sastrawan yang satu ini memiliki rumah sastra, tempat berkarya dan bisa dikunjungi siapa saja yang tergerak dalam menulis atau bidang humaniora. Eka juga dikenal pejuang sosial yang aktivitasnya padat dalam mengkampanyenya isu lingkungan hidup.

Aku sempat belajar puisi kepadanya. Beberapa puisiku sempat diperbincangkan dengannya. Aku banyak masukan darinya. Waktu itu, aku pernah menginap 2 harian, dan belajar "kilat" bagaimana mempelajari puisi. Puisi karyaku "Sampah" dan "Ibu" sempat aku bacakan di Rumah Meranjat.

Di kemudian hari, puisiku diterbitkan bersama Komunitas Sastra Majalengka
pada 1996 dan menerbitkan Langgam Kota Angin, bersama 7 Penyair Majalengka.

Karyaku lahir dari buah pengalaman perjalananku berkeliling desa-kota, mendaki gunung dan berpetualang ke alam bebas lainnya.

Menurutku, keberadaan alam bisa dimanfaatkan untuk melatih kepekaan batin yang kelak akan menambah wawasan penulisan.Sebuah tulisan di laman internet menyebutkan, belajar kepada alam dengan dilandasi rasa senang akan membuat pembelajaran lebih mudah diikuti dan diserap otak. Mengapa demikian?

Pertama, alam memberikan banyak kemungkinan untuk memberikan variasi metode yang berhubungan dengan audio visual bahkan aspek psikomotorik, sehingga anak tidak cepat bosan. 

Kedua, suasana alam cenderung identik dengan kehidupan alami yang terdiri dari dunia tumbuhan, hewan dan lingkungan biotik abiotik.

Hal ini bisa menjadi faktor pendorong rasa ingin tahu seseorang terhadap lingkungan sekitarnya. Rasa ingin tahu yang tinggi bisa menjadi hal positif untuk memberinya banyak pengetahuan dan pemahaman. Ketiga, melalui alam kita belajar banyak tentang teknik hidup, mulai dari strategi bertahan hidup, cara mengatasi masalah hingga mencintai lingkungan sekitar. 

Keempat, alam bisa menginspirasi kita untuk memberikan banyak variasi materi pembelajaran karena semua yang ada di alam sekitar kita adalah materi pembelajaran. Kelima, suasana alam yang variatif dan menyenangkan sangat bagus untuk menstimulasi perkembangan otak.

Di akhir pekan, aku suka bepergian ke objek-objek wisata, baik di sekitar Kabupaten Majalengka, atau di wilayah Cirebon, Indramayu, Majalengka, Kuningan (Ciayumajakuning). Atau ke suatu tempat asyik di mana mun, untuk meningkatkan daya intuiasi. Salah satu tempat yang mengasyikkan, adalah Curug Cipeuteuy di Desa Bantaragung Kecamatan Sindangwangi, kini menjadi bagian dari Taman Nasional Gunung Ciremai. Aku kerap merenung di sana, sambil menikmati keelokan alamnya.


Aku berenang dan mandi dari air pancuran yang segar dan dapat membangitkan semangat beraktivitas. Air dari Gunung Ciremai itu, memberikan kesegaran tubuh dan menyejukkan batinku. 

Gairah mengarangku makin menjadi-jadi. Alam telah membangkitkan rasa semangatku yang tinggi. (catatan garib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar