"Karya Sastra Menembus Zaman"
Karya pengarang, baik berupa puisi, esai, cerpen, novel, dan
dst…mampu mestimulus daya hidup dalam menjalani
kehidupan ini.
Pengarang sudah memtransformasikan ide dan gagasan dalam mengarifi sisi lain dari kehidupan itu sendiri. Kendati Chairil Anwar dan Rendra
sudah tiada, karyanya masih tetap hidup menembus zaman.
Pengarang itu tidak mati.
Banyak orang belajar bagaimana kata-kata bisa saksi.
Kata-kata menjadi punya kekuatan. Tak heran, karya para pujangga tidak pernah lengang oleh
waktu. Pramudya Ananta Toor , Motinggo Busye, Buya Hamka, telah memberikan
inspirasi untuk kita dalam merenungi kehidupan ini.
“Aku ingin hidup 1000 tahun,” ungkap Khairul Anwar dalam puisi
“Aku”. Perjuangan adalah pelaksanaan kata-kata, begitu cetus Rendra, banyak
dikutif banyak orang dan menjadi api semangat yang menggelora.
Bahkan, saat Arswendo
Atmowiloto di penjara—gara-gara kasus yang membelitnya, dia makin ganas. Idenya
menembus jeruji besi. Karya tetap mengalir tak terbendung.
Untuk memupuk dan menjaga budaya mengarang serta
melestarikannya, karya sastra yang adiluhung serta menghargai dan menggelorakan
kehidupan pengarang, banyak pihak
mengapresiasinya dengan memberikan penghargaan.
Salah satu contoh, Kompas, secara rutin menerbitkan buku
cerpen terbaik dari karya pengarang terpilih. Ajang ini adalah sarana yang
terus dikembangkan untuk melahirkan karya sastra yang prestisius dan abadi. (catatan garib)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar