Kamis, 22 Januari 2015

Imajinasi Liar Mampu Lahirkan Karya Monumental



 Dunia ini tak lain adalah sehelai hamparan kanvas bagi imajinasi kita. (Henry Dard Choreau (1817-1862)  Pengarang trasendentalis)

Imajinasi adalah berkah ilahi yang tak terhitung manfaatnya bagi kita. Imajinasi adalah kekuatan batin pengarang yang bisa melahirkan karya besar. Pengarang yang punya imajinasi liar mampu melahirkan karya monumental.


Salah satu pengarang yang memiliki imajinasi liar dialah Budi Darma. Coba simak melalui Cerpen Laki-Laki Pemanggul Goni (Kompas)-- dan menjadi cerpen terbaik pada 2012). Dia menulis dalam pembukaan cerpennya: Setiap kali akan sembahyang, sebelum sempat menggelar sajadah untuk sembahyang, Karmain selalu ditarik oleh kekuatan luar biasa besar untuk mendekati jendela, membuka sedikit kordennya, dan mengintip ke bawah, ke jalan besar, dari apartemennya di lantai sembilan, untuk menyaksikan laki-laki pemanggul goni menembakkan matanya ke arah matanya.


Tidak tergantung apakah fajar, tengah hari, sore, senja, malam, ataupun selepas tengah malam, mata laki-laki pemanggul goni selalu menyala-nyala bagaikan mata kucing di malam hari, dan selalu memancarkan hasrat besar untuk menghancurkan.

Tubuh laki-laki pemanggul goni tidak besar, tidak juga kecil, dan tidak tinggi namun juga tidak pendek, sementara goni yang dipanggulnya selamanya tampak berat, entah apa isinya. Pada waktu sepi, laki-laki pemanggul goni pasti berdiri di tengah jalan, dan pada waktu jalan ramai, pasti laki-laki pemanggul goni berdiri di trotoir, tidak jauh dari semak-semak, yang kalau sepi dan angin sedang kencang selalu mengeluarkan bunyi-bunyian yang sangat menyayat hati.


Dalam cerpen yang lainnya, Tangan-Tangan Buntung (Kompas), dia memulai cerpennya dengan pembukaan: Tidak mungin sebuah negara dipimpin oleh orang gila, tidak mungkin pula sebuah negara sama-sekali tidak mempunyai pemimpin. Selama beberapa hari terakhir, sementara itu, semua gerakan baik di dalam negeri maupun di luar negeri mendesak, agar Nirdawat segera disyahkan sebagai presiden baru. Karena Nirdawat tidak bersedia, maka akhirnya, pada suatu hari yang cerah, ketika suhu udara sejuk dan langit kebetulan sedang biru tanpa ditutupi oleh awan, ribuan rakyat mengelilingi rumah Nirdawat, dan berteriak-teriak dengan nada memohon, agar untuk kepentingan bangsa dan negara, Nirdawat bersedia menjadi presiden.

Kekuatan imajinasi pengarang mampu memberikan kesan menarik bagi pembaca, dan merasa makin tertantang untuk terus mengikuti jalan ceritanya. Bukan hanya karangan Budi Darma saja yang mampu menampilkan imajinas liar, simak juga karya-karya Agus Noor, Seno Gumira Ajidarma, Danarto-- dan seabrek pengarang lainnya.

Bisakah kita memiliki imajinasi liar seperti pengarang-pengarang ternama. Mampukah imajinasi kita sehebat mereka?

Ambil pena, tulislah karyamu dari kemampuan imajinasi liar yang Anda miliki. Untuk mengasah imajinasi, aku sering berlatih melakukan kontemplasi ke suatu tempat yang dapat merangsang otak dan rasa gelisah yang mendalam. Menaklukkan ketinggian puncak gunung, berenang di tepian air terjun, melakukan perjalanan ke pedesaan, menyusuri rel kereta api, menunggu bis di terminal, atau apa pun upayanya asal mampu mengembangkan imajinasi, tentu akan berbuah karangan yang fantastis. Bukankah imajinasi ada dalam otak kita? (catatan garib)




Tidak ada komentar:

Posting Komentar