Rabu, 21 Januari 2015

Mengkliping Karya Sastrawan Ternama Mencerdaskan Pembaca



"Gairah Membaca Terus Ditingkatkan"

Kegilaan mengarang harus diikuti kegilaan membaca, terutama membaca karya sastrawan ternama. Pelajaran berharga tentu saja bakal didapatkan dari buah fikir mereka. Di samping dapat mendapatkan pendalaman wawasan, juga mendapatkan "teknik mengarang" yang dicontohkan mereka.

Salah satu upaya untuk mencapai hal itu ialah mengkliping karya pengarang top atau pengarang yang acapkali memperoleh penghargaan atas karyanya. Aku sangat menyukai dunia kliping. Kegemaran membaca surat kabar atau majalah yang memuat karya sastra, tak bisa dilewatkan dari hobi mengkliping. Menggunting naskah yang menarik dan menempelkannya di kertas dan merangkainya dalam kumpulan kliping, membuat daya imajinasi makin terlatih.

Salah satu tokoh sastra yang suka mengkliping ialah Pramudya Ananta Toer. Dalam "googgle" kucari artikel tentang "Pram". Berikut kita simak.

Pram adalah sastrawan besar yang selalu disebut-sebut sebagai satu-satunya calon penerima Nobel Sastra dari Indonesia. Tetapi Pram yang lahir di Blora 6 Februari 1925 telah meninggal 30 April 2006 yang lalu. Sedangkan Nobel, sejauh ini, hanya diberikan kepada orang yang masih hidup.

Pram adalah seorang yang gigih menulis meski sebagian besar hidupnya dihabiskan di penjara. Dia mencintai pengetahuan dan menyukai kerja. Kerja keras. Bukan meminta-minta. Dalam karyanya selalu ditemukan inspirasi tentang kegigihan, perlawanan, dan sikap pantang menyerah, terutama bagi perempuan. Ya, Pram adalah penulis yang punya kepedulian khusus terhadap kaum tertindas seperti perempuan.

Selain dari isi yang dikandungnya, teknik penulisan atau cara penyajian karya-karya Pram pun terbilang istimewa. Kualitas karya-karya Pram diakui oleh para peminat sastra di berbagai negara. Berbagai karyanya itu telah diterjemahkan hingga ke 40 bahasa di dunia.

Para pembaca sastra Indonesia tentu familiar dengan karya-karya Pram seperti Bumi Manusia, Anak Semua Bangsa, Jejak Langkah, dan Rumah Kaca yang dikenal sebagai Tetralogi Buru; atau Nyanyi Sunyi Seorang Bisu, Perburuan, Korupsi, Bukan Pasarmalam, Arok Dedes, Gadis Pantai, Arus Balik, Jalan Raya Pos, Kronik Revolusi Indonesia, dan lain-lain. Betul, selain berkelas, Pram adalah seorang penulis yang sangat produktif.

Tapi ada sisi lain Pram yang patut kita teladani, yakni kebiasaannya  membuat dokumentasi berupa kliping. Di Perpustakaan Pram di Bojonggede selain buku, majalah, jurnal, dan lain-lain, koleksi yang paling banyak adalah kumpulan kliping yang telah dibundel berbentuk buku-buku tebal. Sebuah bundelan tebalnya bisa mencapai 10 cm bahkan lebih.

Berkunjung ke perpustakaan Pram kita seakan melihat miniatur Indonesia dalam bundelan-bundelan dokumentasi yang dibuatnya. Membolak-balik dokumentasi itu kita bisa menjenguk aneka desa, negeri, sungai, danau, gunung, keadaan demografi, jumlah sekolah dan murid, bencana alam yang dialami, dan lain sebagainya dari desa ke kecamatan, kabupaten/kota hingga ke provinsi-provinsi Indonesia. Segudang informasi tentang sebuah negri yang sangat kaya.

Ada juga kumpulan Dokumentasi Pribadi Pramoedya Ananta Toer yang dikumpulkan sejak tahun 1965-2004. Dokumentasi pribadi yang dibundel berbentuk buku itu berisi berita-berita dan liputan mengenai Pram, surat pribadi dari dan untuk Pram, artikel/makalah yang pernah dibuat, naskah pidato yang pernah dibacakan, juga undangan untuk dan dari keluarga Pram, dan hal lain yang membawa nama Pram dan keluarga.

Tidak sekedar mengumpulkan, guntingan-guntingan koran itu disusun berdasarkan subjek dan tahun serta diurut alfabetis dari A ke Z. Bila dideretkan, koleksi kliping Pram bisa mencapai panjang 16 meter! Makanya bila kita berkunjung ke Perpustkaan Pram kita bisa melihat betapa rak dan lemari di sana tidak muat lagi untuk menampung dokumentasi yang begitu banyak. Sungguh suatu pekerjaan yang membutuhkan ketekunan, kerja keras, dan kesenangan sendiri.

Budaya mendokumentasi ini tentu banyak gunanya terutama sebagai sumber literatur untuk penelitian dan pembacaan kini. Telah banyak peneliti dan mahasiswa baik dari Indonesia maupun luarnegeri yang menggunakan dokumentasi Pram sebagai bahan riset.

Karena begitu lengkapnya dokumentasi itu, bisa kita bayangkan betapa tekunnya seorang Pram. Dan tak diragukan lagi, selain seorang dokumentalis yang sangat tekun, Pram adalah seorang yang sangat gemar membaca. Dari Pram kita juga belajar bahwa mendokumentasi adalah sebuah pekerjaan  visioner. Peduli masa lalu juga masa depan. Dalam hal ini, Pram telah memberikan contoh terbaik untuk kita.

Menurut putri sulung Pram, Astuti Ananta Toer, sedari dulu Pram selalu mengingatkan anak dan cucu-cucunya untuk membuat kliping. “Minimal kumpulkan satu jenis subjek saja yang kau senangi, yakinlah ketika kau besar nanti kau sudah punya buku dan karya sendiri yang bisa kau manfaatkan,” kata Pram suatu ketika.

Pram melanggan beberapa koran. Ia mengkliping  koran-koran itu setiap hari. Pagi-pagi koran-koran itu dibaca, ditelaah, dan dipilah  apa saja yang bisa digunting, difotokopi, digunting, dan ditempel. “Bila sedang melakukan pekerjaan itu tanggannya penuh dengan lem”, kata Astuti. Pram punya alat pemotong kertas, mesin fotokopi, dan perangkat lain untuk membuat dokumentasi ini. Karenanya, selain isinya yang kaya, susunan dan tampilan kliping itu juga rapi.

Saat ini kita cenderung mengabaikan kebiasaan mendokumentasi. Entah karena ‘tidak ada waktu’, keberadaan teknologi yang memanjakan, atau karena kita merasa itu semua tidak penting. Tetapi, sekali lagi penting dicatat, seorang Pram yang lebih banyak menghabiskan waktunya di penjara bisa melakukan kerja dokumentasi itu dan banyak orang mendapatkan manfaatnya kini sebagai bahan sejarah dan kajian ilmiah.

Selain meninggalkan karya sastra kelas dunia dan tulisan-tulisan yang membangkitkan semangat, Pram juga telah mewariskan kepada kita bukti tertulis mengenai Indonesia sebagai hasil kerja kerasnya melakukan kegiatan dokumentasi.

Kembali kepada kita apakah mau melanjutkan atau tidak?

Tentu, upaya dokumentasi Pram, memberikan teladan bahwa pendokumentasian karya sangat mempertajam mata batin, memperluas cahaya ilmu, dan tentu saja mencerdaskan para pembaca. Kenapa tidak untuk mengikuti jejak langkah Pram tersebut. (catatan garib)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar