Jumat, 16 Januari 2015

Bunga Yang Hilang



Cerpen: Garib Ganjar Santika


Lastri hilang. Siswi kelas XII SMA Harapan Baru itu sudah dua harian hilang kontak dengan pihak keluarga. Dugaan sementara, cewek yang tengah tumbuh dewasa ini, dibawa kabur orang tak dikenal. Teman barunya setelah berkenalan singkat via facebook.

Orang tua Lastri kelimpungan mencari anak semata wayang itu. Sambil menangis, Anisah, ibunya Lastri, menghubungi pihak sekolah dan meminta bantuan untuk ikut mencarikan keberadaan anak kesayangannya itu.

“Terakhir menghubungi saya hanya dengan SMS yang isinya: Ma, aku pergi dulu. Jangan cemas. Nanti juga aku kembali….” Katanya.

Maryoto, kepsek di sekolah itu kaget. Dia merasa terpukul karena tidak ada kabar dari guru kelasnya. Dia juga malu melalui pembinaan guru-guru tak mampu menghindarkan para siswanya dari suatu peristiwa yang tak diinginkan, apalagi hilang.
“Oh ya Bu, kami mohon maaf bila selama ini dari pihak kami kurang pengawasan…” kilah bapak berkacamata ini.

Tapi sang kepsek itu langsung bergegas dan memanggil para guru dan wali kelas. “Kita kehilangan Lastri. Bapak dan Ibu sekalian, tolong bantu carikan Lastri, sudah 2 hari belum pulang,” katanya cepat.
“Lastri anak yang baik. Dia rajin belajar, namun dia sedikit pendiam,” tukas Bu Yayah, wali kelas Lastri.
“Apakah sebelumnya Lastri punya masalah dengan Ibu atau Bapak, maaf,” Tanya Maryoto.

“Eu…maaf Pa, saya kurang paham. Tapi saya rasa tidak ada masalah. Lastri sering ber-SMS-an dengan saya. Dia sering cerita lewat SMS. Namun, kini tak ada lagi SMS kepada saya…” terisak Anisah.
“Betul Pa, Lastri sering berkomunikasi dengan Ibunya. Kalau ke saya, dia jarang. Hanya kalo ada hal penting dia suka telpon. Tapi anehnya, saat ini juga tak telpon dari dia,” Ayah Lastri, Pa Lalan ikut menjelaskan.

Pagi itu seluruh guru dan murid jadi sibuk memperbincangkan hilangnya Lastri. Ke mana sesungguhnya anak manis yang tengah tumbuh menjadi gadis dewasa ini? Benarkah dia sesunguhnya bukan kabur dari permasalahan? Apakah benar dia dibawa kabur temannya—atau kenalannya yang baru dan yang ditemuinya via FB itu? Lalu, siapa pula lelaki yang telah nekad membawa lari si gadis cantik ini?

Dan ada hubungan apa antara Lastri dengan si lelaki jahat itu? Dan kenapa FB kini menjadi media yang mudah mempengaruhi orang? Kenapa pula FB sekarang digandrungi—dan karenanya akrab dan janjian—untuk ketemu? Bahkan, di antaranya menjadi media yang memudahkan untuk kencan?
Oh ke mana dan di mana sesungguhnya Lastri berada?

Waspadalah…Bila Anda memiliki anak gadis atau anak baru gede (ABG). Bila kurang perhatian dan pengawasan dari orangtua dan salah pergaulan bisa-bisa hilang. Hal ini dialami Lastri seorang ABG. Hingga berita ini diturunkan jejak si cewek cantik ini belum diketahui.

Begitulah, berita hilangnya Lastri banyak dimuat di media harian. Kepolisian setempat dan unsur masyarakat berjibaku mencari jejak korban dan tersangka pelaku. Apakah Lastri disekap dan minta ditebus oleh penjahat? Apakah Lastri bersembunyi di suatu tempat. Jadi apa sebetulnya yang tengah menimpa Lastri?
Kami membentuk tim untuk membagi tugas, menganalisa berbagai kemungkinan, sebab musababnya atau latar belakang kejadian. “Jangan-jangan Lastri dibawa kabur oleh pacarnya,” seru teman Lastri.

“Dia belum punya pacar…”
“Atau dia jadi korban hipnotis yang akhir-akhir ramai mengancam kita….”
“Atau jangan-jangan dia dibawa kabur kelong wewe, hehe..”
“Hus, jangan melantur…kita serius harus cari Lastri…”
“Sudah-sudah kita harus cepat cari…”

Aku membuka facebook. Kucari akunnya dan melihat-lihat FB miliknya. Tak ada tanda. Yang kulihat hanyalah foto album yang menggambarkan dia seorang gadis yang manis, lucu, dan lugu tentu saja. Dalam album itu banyak foto saat sendirian. Apakah hal ini menunjukkan bahwa Lastri ingin berkata bahwa dia masih sendiri? Ataukah, dia butuh seseorang? Untuk menemani hidupnya?

Dalam beranda pun tak ada kata-kata istimewa. Atau dalam status terakhirnya, tak ada yang mencurigakan. Aku jadi ikut pusing. Sebagai temannya—atau sahabat, karena beberapa bulan ini dia sering belajar bersama dan menyukai perpustakaan, aku tak yakin bahwa Lastri punya hubungan dengan someone.
Pikiranku makin tercurah buat dia. Oh Lastri, di manakah kau sesungguhnya? Andai kau ada pasti akan aku ajak berdiskusi lagi tentang puisi dan cerpen. Bukankah dia pernah bilang ingin belajar membikin puisi dan cerpen? Dan, kenapa, di saat aku juga tengah dekat denganmu, dan berharap menjadi bungaku, engkau malah menghilang?

Tapi, mengapa sekarang justru kamu menjadi tokoh utama yang dibicarakan banyak orang? Apakah hilangnya Lastri menjadi alur atau tema untuk membuat puisi atau cerpen?
Malam-malam telepon berdering. Aku kaget.
“Halo….” Aku gelagapan.
“Fajar…” Ada suara lembut di sana.
“Ya, Bu…”
“Andai saja Lastri ketemu kamu, andai saja Lastri berjumpa denganmu…”
“Ya, kenapa, Bu?”

Suara di seberang sana terdengar menangis sesunggukkan… Lalu dengan terisak suara kembali lembut.
“Kau anak yang baik, kau sudah memberinya semangat. Namun, Ibu sangat menyesal…”
“Maksud Ibu apa? Ada sebenarnya…?”
Telepon mati.

Aku merinding. Bulu kudukku berdiri. Aku menebak-nebak. Ada apa sesungguhnya?
Entah kenapa tiba-tiba aku menangis—aku teringat Lastri—belum juga aku mencari dia, aku menangkap ada firasat buruk yang bakal menimpa si gadis yang kini mulai dekat denganku itu.
Esoknya, di sekolahku geger. Kami berduka. Seluruh keluarga besar sekolah kami bertakziah dan mengikuti prosesi penguburan. Kami sangat menyesal dan merasa kehilangan.

Aku berdoa sangat khusuk di atas pusaranya hingga kutak sadar ada seseorang yang menepuk-nepuk pundakku.
“Sudahlah, jangan menangis, Nak. Aku bangga padamu. Kau teman terbaik anakku,” terdengar lirih dan menyayat.
Ayah almarhum Lastri mencoba membimbingku dan memapahku.
“Kami sudah ikhlas….Allah sudah memanggilnya…” katanya.

Aku lemas dan berusaha kuat menerima semuanya.
Sesampainya di rumah, aku mengurung diri di kamar. Aku tak habis pikir bagaimana mungkin Lastri menjadi korban kebiadaban pemuda mabuk.

Dia dibawa kabur, disekap, diperkosa, lalu dibunuh dengan kejam.
Biadab . Sangat biadab. Zaman apakah yang tengah berjalan ini? Apakah ini tanda kiamat itu sudah dekat? Dan kenapa orang baik cepat dipanggil?

Kota Mati 24-10-14
Sumber: Radar Cirebon

Tidak ada komentar:

Posting Komentar